Judul : Stuck in Love
Penulis : Stephanie Zen
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Halaman : 312 halaman, 20
sentimeter
Stephanie Zen merupakan salah
satu autor favoritku dari Gramedia. Kehalusan bahasa dan cara Stephanie Zen
dalam menggambarkan setiap penokohan itu bagiku so sweet banget. Awalnya, aku terpikat dengan tulisan Stephanie Zen
ini adalah saat aku membaca karangannya yang berjudul More than Words. Hm, dah deh, tulisannya emang TOP banget kalau
urusan rasa.
Dan, lagi. Pada karyanya yang
ini, cerita yang dibangun benar-benar bikin geregetan. Temanya simple tapi mengena. Seorang cewek
bernama Alleira yang terancam kehilangan pekerjaan di Singapura, yang kemudian
memilih pekerjaan lain di sebuah perusahan bernama We-Connect. Cinta terpendam
si pemilik perusahan, Benjamin, kepada Alleira, bikin kita bakal ber,”oh” dan
ber,”ah” ria. Bagaimana tidak? Si tokoh utama menyimpan perasaan terhadapa Enzo
yang notabene adalah teman baiknya. Aduh nyesek. Saingan cinta datang.
Tadaaaaa.
Di sinilah letak manisnya si
pengarang dalam membangun sebuah cerita. Benjamin, yakin aku, ini cowok mungkin
hanya ada satu dari sekian juta manusia di dunia. Mencintai tanpa mengharap
balasan serupa? Cuma Benjamin yang seperti itu! (T_T) Duh, aku jadi ngiri nih,
dengan cerita itu sendiri. Kehidupan percintaan yang demikian, itu hanya ada di
dunia fiksi. Seandainya aku bisa bertemu dengan Benjamin-ku sendiri >’’<.
Oke, aku mulai lebay.
Intinya, novel ini sangat
kurekomendasikan. Kalian tidak akan menyesal membaca cerita ini. Plotnya keren,
ceritanya manis, dan penggambaran karakternya nggak pakek acara njlimet. Lagi
pula, selama membaca kita akan mendapatkan bermacam pengajaran. Semisal,
ternyata di Singapura itu kalau kita pengin naik taksi, kita harus ngantre
dulu, ada antreannya sendiri. Hm, jadi kita nggak bisa main selonong dan masuk sambil
teriak, “Pak, bandara, ya!” seperti itu. Hayo, mari kita mulai budayakan
mengantre. Lalu, penggambaran persahabatan yang manis di dalam cerita. Ini
manis banget. Ya ampun, emang di mana-mana, selain orangtua, sahabat selalu
bisa dijadikan tumpuan pemecah masalah hidup (nyontek PR, ngutang, dan
berceloteh sepanjang malam mengenai suatu hal).
Juga, ada hal lain yang
kudapatkan setelah membaca novel tersebut. Cinta itu bukan hanya masalah
perasaan kita; suka atau tidak suka. Dalam membina sebuah hubungan, sangat
penting kita bisa menjaga dan memperlihatkan kepedulian kita, melengkapi
kekurangan pasangan dan menjadikan perbedaan sebagai sebuah bumbu percintaan.
Lagi pula, wanita mana sih, yang nggak suka diperhatikan? Yah, mungkin ada
beberapa pasangan yang tidak nyaman dengan memperlihatkan kepedulian mereka.
Tapi bagiku, menunjukkan perasaan, walau itu dengan hal-hal sepele, itu akan
sangat berarti.
Jangan pernah berpikir “Yah,
kan dia udah tahu kita kayak gini. Santai aja.” Haduh, aku bukan termasuk ke
dalam golongan perempuan nrimo ing pandum.
Ohohohoho. Jadi intinya, walau itu cuma SMS yang menanyakan kabar, atau
sekuntum-bunga-yang-asal-dicomot-di-suatu-tempat, perhatian pasangan akan
sangat berarti. Apa pun itu.
Dan, itulah yang disajikan
dalam Stuck in Love, pokoknya kalian
nggak bakal nyesel baca novel yang satu ini. Sangat direkomendasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar