Minggu, 24 April 2016

Review Novel Stuck in Love by Stephanie Zen









Judul : Stuck in Love
Penulis : Stephanie Zen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 312 halaman, 20 sentimeter

Stephanie Zen merupakan salah satu autor favoritku dari Gramedia. Kehalusan bahasa dan cara Stephanie Zen dalam menggambarkan setiap penokohan itu bagiku so sweet banget. Awalnya, aku terpikat dengan tulisan Stephanie Zen ini adalah saat aku membaca karangannya yang berjudul More than Words. Hm, dah deh, tulisannya emang TOP banget kalau urusan rasa.

Dan, lagi. Pada karyanya yang ini, cerita yang dibangun benar-benar bikin geregetan. Temanya simple tapi mengena. Seorang cewek bernama Alleira yang terancam kehilangan pekerjaan di Singapura, yang kemudian memilih pekerjaan lain di sebuah perusahan bernama We-Connect. Cinta terpendam si pemilik perusahan, Benjamin, kepada Alleira, bikin kita bakal ber,”oh” dan ber,”ah” ria. Bagaimana tidak? Si tokoh utama menyimpan perasaan terhadapa Enzo yang notabene adalah teman baiknya. Aduh nyesek. Saingan cinta datang. Tadaaaaa.

Di sinilah letak manisnya si pengarang dalam membangun sebuah cerita. Benjamin, yakin aku, ini cowok mungkin hanya ada satu dari sekian juta manusia di dunia. Mencintai tanpa mengharap balasan serupa? Cuma Benjamin yang seperti itu! (T_T) Duh, aku jadi ngiri nih, dengan cerita itu sendiri. Kehidupan percintaan yang demikian, itu hanya ada di dunia fiksi. Seandainya aku bisa bertemu dengan Benjamin-ku sendiri >’’<. Oke, aku mulai lebay.

Intinya, novel ini sangat kurekomendasikan. Kalian tidak akan menyesal membaca cerita ini. Plotnya keren, ceritanya manis, dan penggambaran karakternya nggak pakek acara njlimet. Lagi pula, selama membaca kita akan mendapatkan bermacam pengajaran. Semisal, ternyata di Singapura itu kalau kita pengin naik taksi, kita harus ngantre dulu, ada antreannya sendiri. Hm, jadi kita nggak bisa main selonong dan masuk sambil teriak, “Pak, bandara, ya!” seperti itu. Hayo, mari kita mulai budayakan mengantre. Lalu, penggambaran persahabatan yang manis di dalam cerita. Ini manis banget. Ya ampun, emang di mana-mana, selain orangtua, sahabat selalu bisa dijadikan tumpuan pemecah masalah hidup (nyontek PR, ngutang, dan berceloteh sepanjang malam mengenai suatu hal).

Juga, ada hal lain yang kudapatkan setelah membaca novel tersebut. Cinta itu bukan hanya masalah perasaan kita; suka atau tidak suka. Dalam membina sebuah hubungan, sangat penting kita bisa menjaga dan memperlihatkan kepedulian kita, melengkapi kekurangan pasangan dan menjadikan perbedaan sebagai sebuah bumbu percintaan. Lagi pula, wanita mana sih, yang nggak suka diperhatikan? Yah, mungkin ada beberapa pasangan yang tidak nyaman dengan memperlihatkan kepedulian mereka. Tapi bagiku, menunjukkan perasaan, walau itu dengan hal-hal sepele, itu akan sangat berarti.

Jangan pernah berpikir “Yah, kan dia udah tahu kita kayak gini. Santai aja.” Haduh, aku bukan termasuk ke dalam golongan perempuan nrimo ing pandum. Ohohohoho. Jadi intinya, walau itu cuma SMS yang menanyakan kabar, atau sekuntum-bunga-yang-asal-dicomot-di-suatu-tempat, perhatian pasangan akan sangat berarti. Apa pun itu.

Dan, itulah yang disajikan dalam Stuck in Love, pokoknya kalian nggak bakal nyesel baca novel yang satu ini. Sangat direkomendasikan.

Review Forget Me Not by Cherry Zhang









Judul : Forget Me Not (Ada Ruang di Benciku yang Bernama Rindu)
Pengarang : Cherry Zhang
Penerbit : Grasindo
Tebal : 314 Halaman (Kurang lebih)

Cerita yang mengambil setting di Tanjungpinang, dengan berpusat pada dua tokoh; Amelia dan Daniel. Hm, mungkin cerita ini lebih cocok untuk pembaca dewasa. Penulisan dan gaya bahasa yang digunakan mengingatkanku pada novel-novel yang dikarang oleh Alexandra Ivy. Yup, novel dewasa. Romantis jenis ini, aku tidak menduga, akhirnya, akhirnya! Ada juga penulis Indonesia yang menggunakan jenis bahasa tersebut >////<. Tentu saja adegannya tidak semembara yang dibuat Alexandra Ivy. Ingat, redamlah adegan mawar yang ada di benak kita. Ukhhhhhhh, aku jadi mimisan.

Tema, benci di dalam cinta, cinta di dalam benci. Dua sisi mata koin ini. Manusia sendiri terkadang tidak bisa membedakan apa yang tengah mereka rasakan; benci? Cinta? Atau rindukah? Seperti yang dialami oleh Daniel di dalam Forget Me Not. Aku sih lebih suka tema semacam ini, berfokus pada dua tokoh utama saja tanpa ada pihak ketiga dan keempat, garis miring, cinta segitiga opera sabun. Dan itulah yang Cherry Zhang suguhkan, cinta sederhana yang menggetarkan hati.

Pemakaian sudut pandang orang ketiga di dalam novel memudahkan kita menangkap setiap emosi yang karakter miliki. Lagi pula, cinta kan masalah bagaimana kita menyikapi perasaan pasangan kita? Lalu, satu lagi hal yang patut kita pelajari dalam Forget Me Not; kesetiaan. Iya! Itu dia! Kesetiaanlah yang menjadi inti pembentuk dalam cinta. Jangan pernah ada keraguan dalam sebuah hubungan. Jika Anda memilih mencintai seseorang, rengkuhlah dan terimalah seluruh kebaikan dan kekurangan yang menyertai pasangan Anda. Dan, itulah juga yang diajarkan di dalam novel tersebut.

=_= Aku mungkin juga akan menemukan sosok yang mencintaiku. Mungkin! Tapi, ya sudahlah. Penderitaan blogger tidak perlu dipikirkan, hoho. Saya Cuma ingin sharing mengenai sisi manis dalam cinta yang disuguhkan Cherry Zhang.

Kenapa tidak ada sinopsis yang saya sertakan?

Oh, itu. ^^ Anda sekalian bisa baca sinopsisnya di Wilkipedia, atau yang lebih bagus lagi. Langsung beli saja novelnya *0* uhuhuhuhu. (Digampar massa.)

Senin, 11 April 2016

Attack on Titan




Entah mengapa, sepertinya anime dan manga yang kini tengah marak beredar di Jepang adalah tema-tema yang berbau dengan darah berceceran di mana-mana. Oke, bagi kalian yang berhati lembut dan membenci pertumpahan darah, saya sangat tidak menyarankan menonton anime yang satu ini. Dalam Attack on Titan, kita akan disuguhkan adegan-adegan yang brutal; tangan putus, kepala ilang, dan mahluk-mahluk yang mengunyah manusia tak ubahnya mengemil biskuit cokelat.
Anime dengan konsep yang menurutku itu rumusnya kayak gini : Ultraman ditambah Evangelion, ditambah sedikit gaya Eropa, ditambah Claymore. Coba bayangkan sendiri deh ngerinya kaya gimana.
Oke, Ultraman itu nggak ngeri. Tapi tetap saja Ultraman itu raksasa, dan Titan juga mahluk raksasa. Aduh, pokoknya menurutku itu seram.
Kehidupan manusia yang seperti burung dalam sangkar. Tiba-tiba mahluk yang oleh mereka disebut sebagai Titan muncul di bumi. Anehnya, Titan tersebut hanya memangsa manusia dan mengabaikan mahluk selain menusia. Memangsa manusia sebanyak mungkin yang kemudian dimuntahkan kembali. Brutal banget kan? Manusia bertahan di dalam bangunan yang terdiri dari tiga lapis lingkaran; Wall Maria, Wall Rose, dan Wall Shina. Dinding paling luar beberapa sudah dihancurkan oleh Titan Collosus. Di dalam sana manusia hidup aman dan jauh dari ancaman Titan. Bahkan beberapa dari mereka sama sekali tidak percaya dengan keberadaan Titan, hingga Titan Collosus muncul dan memorak-porandakan kedamaian manusia yang tinggal di dalam dinding.
″Titan yang muncul entah dari mana″, tidakkah tema semacam ini mengingatkan kita pada kemunculan Angel dalam anime Evangelion? Di sana, tak seorang pun mengetahui asal-usul kemunculan mahluk bernama Angel yang menyerang Tokyo. Umat manusia bertahan dari Angel dengan cara menciptakan mahluk tandingan yang disebut dengan EVA. Sebenarnya, ada seperti benang merah di antara dua anime ini; Evangelion dan Attack on Titan. Jika EVA dipiloti oleh manusia (yang kebanyakan dari mereka adalah remaja yang tidak memiliki orangtua), maka tentu saja dalam Attack on Titan memiliki senjata tandingan untuk melawan Titan, atau bisa juga disebut sumber dari semua rahasia Titan, yang disebut dengan Titan Shifer. Tidak hanya itu, pasukan yang tergabung ke dalam barisan perlindungan; dengan lambang sayap, unicorn, dan mawar. Mereka memiliki tekhnik yang disebut sebagai 3G manuver (untuk lengkapnya bisa dilihat di animenya).
Titan memiliki proses regenerasi tubuh, seperti pada bintang laut, cicak, atau cacing pipih. Bagian anggota tubuh yang terpotong bisa tumbuh kembali secara sempurna menggantikan bagian yang hilang. Namun, ini bukan berarti mereka tidak memiliki kelemahan. Pada dasarnya, cara tercepat untuk melenyapkan Titan adalah dengan menyerang bagian leher, tepatnya di bagian tengkuk. Lalu, bimsalabim, Titan lenyap menjadi abu, atau asap, atau entah apalah itu.
Titan sendiri digolongkan ke dalam berbagai jenis. Ada tiga meter sampai yang tertinggi, dan mungkin ada lagi yang melebihi, dua puluh lima meter. Belum lagi dengan tabiat dan =_= perilaku aneh. Pokoknya, pas bukan adegan makan dan menelan aja, tuh Titan kelihatan emmmm, Anda simpulkan sendiri saja.
Smile Titan, nah, nih Titan yang bikin aku merinding dan mual. Di episode 1 saja sudah diperlihatkan adegan di mana Eren (sang tokoh utama) harus menyaksikan ibunya dilahap (yang sebelum itu tulang punggungnya dipatahkan dulu oleh si Titan seperti kita mematahkan lidi, BRAK) secara hidup-hidup oleh Smile Titan. Bayangkan, Anda harus menyaksikan keluarga terkasih dilahap Buto Ijo di depan mata Anda sendiri. Oke, permisi~ Saya mau ke kamar mandi. Ughhhhhh.
Dan, inilah yang menjadi turning point bagi tokoh Eren. Di mana tokoh utama mendapatkan tujuan hidupnya dalam cerita. Dia bersumpah untuk menghabisi seluruh Titan yang ada di muka bumi. Jujur, pas adegan ini aku bingung, antara pengen muntah atau nangis karena liat tokoh utamanya kehilangan ibu yang paling dicintainya. Sangat tidak disarankan melihat Attack on Titan jika kalian berhati halus (seperti aku >///<).  Saya tiga bulan nggak nafsu makan daging gara-gara ni film. Mungkin jika kalian ingin beralih menjadi seorang vegetarian, perlu motivasi khusus? Anime ini dijamin manjur dan bikin syok selama beberapa minggu. Yah, mungkin bagi Anda-Anda yang sudah terbiasa nonton Saw, Annaconda, Death Bell, Jaw Series, Leech, Adrenalin, Scream, Urban Legend, Higurashi no Naku, Mirai Nikki, Elfen Lied, School Days, Mahouka Shoujo Madoka, Freedy Versus Jason, dan sederet film bertema serupa, film Attack on Titan tidak akan membuat Anda kehilangan selera makan.
“Wujudnya semua Titan secara morfologi dan fisiologi mirip manusia, hanya saja mereka nggak pakek baju.”
=_= Dulu gitu temenku neranginnya. Yah, kupikir ni anime aman-aman saja. Mungkin Titan itu serupa Buto Ijo, pikirku. Tidak tahunya .... Mereka jauh dari mirip Buto Ijo! Mereka sama sekali tidak memiliki semacam nilai kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh manusia (ya iyalah, Titan gitu). Fokus mereka hanyalah menghabiskan seluruh manusia yang hidup di dalam dinding perlindungan. Jadi, jika Anda pernah berpikir untuk hidup di dunia anime karena menurut Anda hal itu keren, pikirkan 1000 kali lagi. Dunia Attack on Titan tidak bisa disebut dengan aman. Fokus Anda sebagai seorang prajurit adalah melenyapkan populasi Titan yang mengancam umat manusia. Dan memang, tema tragedi di dalam Attack on Titan akan membuat Anda berpikir kembali mengenai nilai humanisme. Hal-hal sepele yang sering kita remehkan semasa hidup, akan menjadi begitu berharga dan tak ternilai.
Kebebasan. Semua orang di Attack on Titan mencari kebebasan. Mereka berharap akan mendapatkan kehidupan damai; di mana mereka tidak perlu khawatir lagi akan keberadaan Titan yang mengancam kehidupan mereka. Namun, itu hanya menjadi angan-angan sebagian penduduk di dalam dinding tersebut. Apakah ini merupakan idealisme yang tengah ditanamkan oleh mangaka Attack on Titan? Hidup dalam sebuah kurungan dan tak tahu kapan akan terbang bebas dari penjara hidup?
Itu masih misteri bagi saya sendiri.
=_= Kemunculan beberapa Titan membuatku berpikir, “Kenapa Titan tersebut ada yang menari-nari, berjalan bak pragawati, dan senyum horor ala Sawako gitu?” Katakanlah Dancing Titan dan Titan mini itu? Apa yang salah dengan jenis ini? =_=
Tapi itu tidaklah penting, yang ingin kutekankan di sini adalah tema kekeluargaan, pengkhianatan, kepercayaan, dan bagaimana masing-masing tokoh mempengaruhi jalan cerita tokoh lainnya.
Kita akan dibuat bertanya-tanya, asal-usul Titan (yang pada manganya diduga berasal dari manusia “coba baca bagian Ragako”), alasan Titan Shifer (manusia yang bisa berubah menjadi Titan) menghancurkan klan manusia biasa, dan apakah pada akhirnya mereka semua bisa selamat? Akankah ada titik temu di antara masing-masing pihak?
Ada beberapa Titan Shifer.
·         Eren Yeager
Memiliki kemampuan khusus yang disebut sebagai Coordinator. Dia bisa memanipulasi pikiran Titan lain, berubah menjadi beberapa jenis Titan, dan mungkin kemampuan lain yang masih rahasia. Dan kemungkinan kemampuannya inilah yang menyebabkan Titan Shifer lainnya ingin mengklaim bakat Coordinator-nya. =_= Yeager atau di-spell English jadi Jeager. Dalam bahasa Jerman, Jeager sendiri berarti pemburu. Nah, apakah ada sedikit bayangan mengenai tokoh ini?
·         Anne Lionheart
Bisa berubah menjadi Female Titan. Kekuatan kristal. =_= Hmmmm maaf aku skip tokoh ini.
·         Collosus Titan
Nama aslinya aku lupa. Pokoknya dia Titan dengan tinggi sekitar 25 meter. Bisa menghilang, dan maaf aku tidak terlalu mengikuti Titan yang satu ini. SKIP.
·         Armor Titan
Yang ini aku juga lupa namanya. Titan yang kulitnya paling keras dan sulit ditembus. Bisa mengeluarkan laser dari mulut. Skip juga aku.
·         Beast Titan
Masih unknow. Jelasnya, Titan yang paling tinggi di antara kaumnya dan mampu mengendalikan Titan lainnya. Sosok manusianya jauh lebih berotot dan berkepribadian dingin. SKIPPPPPPPPPPPP

Sebenarnya ada ayah kandung Historia yang juga bisa berubah menjadi Titan. Ymir, yang sebenarnya dia dulu manusia yang dirubah menjadi Titan, yang secara tidak sengaja memakan seorang Titan Shifer, yang pada akhirnya mengembalikan kewarasannya sebagai manusia (wow, banyak kata ″yang″ dalam satu kalimat).
Eits, coba dipikir lagi. Pemilihan nama Ymir. Bukankah pada mitologi Irlandia ada dewi raksasa bernama Ymir? Lalu, Titan. Di mitologi Yunani, bukankah ada Raja Chronos; dewa yang mengatur waktu dan berkuasa atas zaman. Dia merupakan pemimpin para mahluk yang disebut dengan Titan. Karena sebuah ramalan, Chronos memutuskan untuk menelan anak-anaknya sendiri. Hingga ada 3 dewa utama yang merupakan anak kandung Chronos yakni, Zeus; yang pada akhirnya menjadi penguasa Olympus, Posaidon; penguasa laut, dan Hades; penguasa alam dunia bawah. Mereka membangkang dan mengalahkan ayah mereka. Pada akhirnya Chronos terkurung dalam sebuah penjara dan memutuskan pada hari penghakiman akan melenyapkan umat manusia serta ketiga putranya.
Apakah Anda melihat suatu benang merah di sini?
Karena saya memang tidak kuat melihat jenis anime yang bertema potong kanan-kiri, saya melihat Attack on Titan yang sudah disensor! Disensor! Meski tahu tema keras, inti cerita dan konflik yang ada di dalamnya itu indah dan sangat manusiawi.

“Katakanlah tidak ada harapan di dunia tempatmu hidup, namun selama ada orang-orang yang peduli padamu, maka harapan itu bisa diciptakan oleh tanganmu sendiri.”

Begitulah yang kupikirkan. Kapten yang ternyata mengorbankan prajuritnya sendiri untuk menyelamatkan diri sendiri, lalu para Titan Shifer yang ingin membersihkan bumi dari manusia, dan manusia yang bertahan melawan kekuatan yang berkali-kali lebih besar darinya.
Mana yang benar, dan mana yang salah? Ohohohoho, Anda bisa cari tahu di manganya; yang sudah terbit di Indonesia di bawah label Level Comic, atau animenya. Sekian.

Dan ini rekomendasi lagu yang oke dari Anime dan Movie Attack on Titan ^_^

Attack on Titan Movie (Live Action)
·         Anti-Hero by Sekai no Owari
·         SOS by Sekai no Owari
·         Attack of Titans by Shiro Sagisu
·         Die die die die!! by Shiro Sagisu
·         For the Dead by Shiro Sagisu
·         God Have Mercy by Shiro Sagisu
·         Golden Sun by Shiro Sagisu
·         Orchestre, Apogee by Shiro Sagisu
·         Orchestre, Geant a l’est by Shiro Sagisu
·         Rise Up by Shiro Sagisu
·         The Original Sin by Shiro Sagisu
·         War Song by Shiro Sagisu
·         Masterplan, Metalopera by Shiro Sagisu
·         Temper the Wind by Shiro Sagisu

Attack on Titan Movie (Anime)
·         THEDOGS by Hiroyuki Sawano
·         YAMANAIAME by Mica LiCaldito
·         So Ist es Immer by Benjamin Anderson

Attack on Titan TV Series (Anime)
·         Guren no Yumiya by Link Horizon
·         Utsukushiki Zankoku na Sekai by Yoko Hikasa
·         Jiyuu Tsubasha by Link Horizon
·         Great Escape by Cinema Staff
·         Attack on Titan by Mika Kobayashi
·         Call Your Name by MPI
·         Call Your Name (Mica LiCaldito version)
·         DOA by Aimee Blackschleger
·         The Reluctant Hero by Hiroyuki Sawano
·         The Reluctant Hero (Mica LiCaldito Version)
·         Vogel Im Kafig by Cyua
·         Bauklotze by Mika Kobayashi